1 Hari ASI Sedunia. Setiap tanggal 1 Agustus diperingati sebagai Hari ASI Sedunia. Peringatan Hari ASI Sedunia ini diikuti dengan rangkaian World Breastfeeding Week (WBW) atau Pekan ASI Sedunia yang berlangsung mulai tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya. Dikutip dari World Alliance for Breastfeeding Action (WABA), yakni organisasi yang AirLimbah menjadi tema Hari Air Sedunia 2017 didasari oleh kurangnya kepedulian terhadap air limbah. Diperkirakan 80 persen air mengalir begitu saja ke sungai, laut dan ke tempat yang lain tanpa melalui proses pengolahan. Hal tersebut berpotensi menjadi air limbah yang terlewatkan begitu saja atau masuk kembali ke alam atau bahkan kemudian HariDonor Darah Sedunia 2017 14 June 17; World Day Against Child Labor 12 June 17; Perkembangan Media Sosial di Indonesia 10 June 17; Fokus Bekerja, Setelah Putus Cinta 05 June 17; Trivia Hari ASI Sedunia - 3 Tahapan Perubahan ASI Sesuai Kebutuhan Bayi (1/3) 25 August 21; Trivia Hari ASI Sedunia - Fakta tentang ASI (5/5) Hari ASI Sedunia 2022 jatuh pada setiap tanggal 1 Agustus yang diperingati setiap tahunnya.. Namun Hari ASI Sedunia 2022 berlangsung mulai dari tanggal 1-7 Agustus yang dikenal sebagai Pekan Menyusui Sedunia.. Pekan Menyusui Sedunia termasuk dalam peringatan Hari ASI Sedunia 2022 yang memiliki pesan khusus didalamnya. Dengan adanya momentum ini, UNICEF dan WHO menyerukan untuk Berikutdaftar perayaan pada tanggal 1 Agustus lengkap dengan sejarahnya. Hingga saat ini, Hari Asi Sedunia telah dirayakan oleh 170 negara. 2. Girlfriend Day. Ilustrasi pasangan. Tanggal 1 KetentuanPembuatan Poster dalam Lomba Desain Poster Hari ASI Sedunia Tahun 2017 di Kementerian Kesehatan. Poster yang dibuat adalah karya sendiri bukan hasil karya orang lain atau plagiat dan belum pernah dipublikasikan serta belum pernah dilombakan pada lomba poster lain. Apabila poster tersebut terbukti melanggar ketentuan orisinalitas maka HAKORDIA2017. HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA "BERGERAK BERSAMA MEMBERANTAS KORUPSI UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEJAHTERA" Jakarta,11-12 Desember 2017. Bertempat di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan diperingati Hari Anti Korupsi Sedunia (9 Desember 2017) dengan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI) sebagai penyelenggaranya. H36ZQW. Hari Seshasayee specializes in Latin American studies and India-Latin America relations and currently works with the Confederation of Indian Industry. He can be reached at harisesh - Setiap 1 Agustus, dunia mulai merayakan Pekan ASI. Tahun ini, Hari ASI Sedunia atau Pekan Menyusui Internasional dimulai pada Minggu 1/8/2021 hingga Sabtu 7/8/2021.Sejarah Pekan ASI Sedunia berawal dari gagasan organisasi World Alliance for Breastfeeding Action WABA pada 14 Februari 1991 seiring dicetuskannya Innocenti Declaration yang diinisiasi oleh WHO, UNICEF, pemerintah dari beberapa negara, serta sejumlah organisasi Declaration bertujuan melindungi, mempromosikan, dan mendukung gerakan menyusui. Deklarasi ini selanjutnya diperingati dalam World Breastfeed Week WBW atau Pekan ASI Sedunia yang diperingati secara berkelanjutan sampai saat ASI Sedunia, sebut WABA dalam situsnya, merupakan gerakan menyusui secara global dan menyediakan dukungan untuk para ibu agar bisa menyusui di mana saja. Agenda ini dimulai secara aktif sejak 1992 dengan mengusung tema tahunan yang terus yang diangkat dalam Pekan ASI Sedunia biasanya berhubungan dengan perawatan kesehatan, wanita dan pekerjaan, Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI, dukungan masyarakat, ekologi, ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan, hak asasi manusia, dan hal-hal terkait Hari ASI Sedunia 2021 Tema Pekan Menyusui Sedunia World Breastfeeding Day/WBW 2021 adalah Protect breastfeeding a shared responsibility Perlindungan mneyusui tanggung jawab bersama. Tema ini berbicara tentang bagaimana menyusui berkontribusi pada kelangsungan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan semua orang. Dilansir Australian Breastfeeding Association ABA, tema tersebut juga mengakui bahwa meskipun dukungan di tingkat individu sangat penting, menyusui harus dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang membutuhkan investasi di semua 'membangun kembali dengan lebih baik' setelah pandemi COVID-19 akan memberikan peluang untuk menciptakan rantai dukungan untuk menyusui yang mencakup sistem kesehatan, tempat kerja, dan komunitas di semua lapisan masyarakat. Pentingnya Menyusui Bagi Ibu & Bayi Menyusui adalah salah satu cara paling efektif untuk memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup anak. Namun, hampir 2 dari 3 bayi tidak disusui secara eksklusif selama 6 WHO, ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi. Aman, bersih dan mengandung antibodi yang membantu melindungi anak dari banyak penyakit menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupannya, dan ASI terus menyediakan hingga setengah atau lebih dari kebutuhan nutrisi anak selama paruh kedua tahun pertama, dan hingga sepertiga selama tahun yang disusui menunjukkan hasil lebih baik dalam tes kecerdasan, lebih kecil kemungkinannya untuk kelebihan berat badan atau obesitas dan kurang rentan terhadap diabetes di kemudian hari. Wanita yang menyusui juga memiliki penurunan risiko kanker payudara dan pengganti ASI yang tidak tepat terus melemahkan upaya untuk meningkatkan tingkat dan durasi menyusui di seluruh dan UNICEF merekomendasikan agar anak-anak mulai disusui satu jam pertama kelahiran dan secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan – artinya tidak ada makanan atau cairan lain yang diberikan, termasuk harus disusui sesuai permintaan – yaitu sesering yang diinginkan anak, siang dan malam. Botol atau dot tidak boleh usia 6 bulan, anak harus mulai makan makanan pendamping ASI yang aman dan memadai sambil terus menyusui hingga 2 tahun dan secara aktif mempromosikan menyusui sebagai sumber nutrisi terbaik untuk bayi dan anak kecil, dan berupaya meningkatkan tingkat pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hingga setidaknya 50% pada tahun juga Pekan Hari ASI Sedunia 1 Agustus 2021 Cara Atasi ASI Tersumbat Kondisi yang Mengharuskan Batal Puasa bagi Ibu Hamil dan Menyusui - Sosial Budaya Penulis Dipna Videlia PutsanraEditor Iswara N Raditya › Terbatasnya layanan posyandu di masa pandemi menuntut tumbuhnya beragam inovasi. Di sisi lain, pemberian air susu ibu eksklusif perlu dioptimalkan untuk menjaga kualitas kesehatan dan tumbuh kembang anak balita. KOMPAS/RIZA FATHONI Sejumlah ibu menyusui bayinya serentak saat acara Peringatan Pekan ASI Sedunia di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KPPPA, di Jakarta, Rabu 3/8/2016.Hari Air Susu Ibu ASI tahun ini yang diperingati setiap 1 Agustus diwarnai dengan kegembiraan. Pasalnya, capaian ASI eksklusif di Indonesia mencatatkan pertumbuhan. Merujuk Publikasi Kesehatan Ibu dan Anak 2020, Badan Pusat Statistik, sebanyak 70 persen bayi usia kurang dari 6 bulan telah mendapatkan ASI eksklusif. Meningkat 3 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan tertinggi sebesar 22 persen terjadi pada 2019 66,69 dari tahun 2018 44,36 persen. Capaian tersebut melampaui target yang ditetapkan tahun 2020, yakni 40 jadi, pandemi Covid-19 yang mengharuskan karyawan melakukan pekerjaan dari rumah membuat ibu yang bekerja mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka secara lebih optimal dan turut berperan dalam peningkatan capaian pemberian ASI eksklusif tersebut. Di masa pandemi, pemberian ASI sebagai asupan bernutrisi menjadi sangat penting untuk menjaga kekebalan tubuh sang buah hati. Bahkan, pemberian ASI dianjurkan tidak hanya untuk bayi usia kurang dari 6 bulan, tetapi hingga usia dua tahun ditambah dengan makanan pendamping ASI MP-ASI. Beberapa penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa ASI mampu melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah pneumonia, penyebab terbesar kematian anak Barat, provinsi dengan jumlah posyandu terbanyak, capaian posyandu aktifnya baru mencapai 63,5 persen. Padahal, hampir seperlima anak balita Indonesia ada di Jawa BaratSelain itu, pemberian ASI eksklusif bisa menjadi pelengkap posyandu pos pelayanan terpadu untuk menjamin kecukupuan gizi anak balita agar tumbuh kembang mereka terpelihara. Pasalnya, pandemi membuat kegiatan posyandu yang selama ini menjadi wadah memantau kesehatan dan pemberian gizi kepada anak balita menjadi terganggu. Program Pemberian Makanan Tambahan PMT yang menjadi salah satu kegiatan utama posyandu pun untuk sementara tidak Laporan Kementerian Kesehatan Tahun 2020, persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan posyandu aktif hanya sebesar 6 persen. Capaian tersebut sangat jauh dari target 51 persen yang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN juga menunjukkan, sebagian besar posyandu tidak membuka pelayanan selama masa pandemi. Setidaknya pada Juni 2021, hanya 22,7 persen posyandu yang membuka pelayanan Kompas, 27 Juni 2021.Kondisi serupa tergambar pula dari hasil jajak pendapat Kompas 6-9 Juli lalu. Kendati separuh responden mengatakan masih ada kegiatan posyandu di lingkungannya, lebih dari sepertiga responden lainnya mengaku tidak ada kegiatan posyandu selama besar 59,87 persen dari responden mengatakan bahwa pemerintah setempat menganjurkan untuk menutup sementara kegiatan posyandu terutama ketika wilayah menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas sisi lain, sekitar 13,67 persen responden mengatakan bahwa tidak adanya kegiatan posyandu disebabkan karena orangtua takut membawa anak balitanya ke posyandu. Hal ini tak lepas dari masih tingginya kasus Covid-19 di seluruh tersebut berpotensi mengancam kegiatan posyandu di Tanah Air yang baru saja mencatatkan pertumbuhan. Berdasarkan data Kemenkes, terjadi peningkatan posyandu aktif dari 57,4 persen tahun 2017 menjadi 61,3 tahun 2018 dan meningkat kembali pada 2019 menjadi 63,6 Juga Lindungi Anak dari Ancaman Hilangnya Masa Kanak-kanakMeski demikian, dari 34 provinsi hanya ada 12 provinsi yang capaian posyandu aktifnya berada di atas rata-rata nasional. Sejumlah daerah lainnya yang memiliki jumlah posyandu dan anak balita terbanyak justru capaiannya di bawah angka nasional. Jawa Barat, misalnya, provinsi dengan jumlah posyandu terbanyak, capaian posyandu aktifnya baru mencapai 63,5 persen. Padahal, hampir seperlima anak balita Indonesia ada di Jawa posyandu aktif di Sumatera Utara dan Banten juga tergolong minim, yakni 51,1 persen dan 45,9 persen. Padahal, keduanya juga masuk ke dalam kelompok lima besar dengan jumlah posyandu dan anak balita terbanyak. Semestinya kegiatan posyandu aktifnya tinggi demi menjamin tumbuh kembang 2,7 juta anak balita di kedua wilayah INDRA RIATMOKO Ibu menyusui bersiap mengikuti penyuluhan tentang protokol kesehatan di tempat pengungsian Desa Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa 10/11/2020.InovasiBeragam fakta tersebut menunjukkan bahwa tantangan menyukseskan kegiatan posyandu sangat berat. Apalagi, target persentase pembinaan posyandu aktif di masa mendatang jauh lebih tinggi. Tahun ini, target yang ditetapkan sebesar 70 persen dan ditargetkan menjadi 100 persen pada situasi tersebut dan belum kunjung usainya pandemi, dibutuhkan sejumlah inovasi agar tumbuh kembang anak tetap terpantau. Inovasi tersebut juga tecermin dari hasil jajak pendapat Kompas. Sepertiga responden mengatakan bahwa kader posyandu proaktif mendatangi rumah warga yang memiliki anak balita untuk memantau tumbuh kembang satu praktik baik kegiatan tersebut dilakukan di Boyolali, Jawa Tengah. Pemerintah dan kader posyandu setempat menginisiasi kegiatan Desyandu atau Delivery Pelayanan Terpadu dengan berkeliling kampung mengunjungi anak balita. Selain tumbuh kembang yang terpantau, pemberian gizi untuk anak balita juga dapat dilakukan saat kader posyandu berkeliling ke rumah anak balita. Dengan demikian, kesehatan anak balita terjamin dan tetap aman dari paparan virus Juga Pemakaman dan Pergulatan di Hilir PandemiTak hanya itu, tumbuh kembang anak balita di Boyolali juga dapat dipantau secara digital melalui sistem informasi dalam situs Metode serupa juga diungkapkan oleh sepertiga responden lainnya yang mengatakan bahwa layanan posyandu dilakukan secara perlu dikembangkan dan pemberian ASI eksklusif juga harus ditingkatkan agar kesehatan dan tumbuh kembang anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa tetap INDRA RIATMOKO Ibu menyusui, anak-anak, dan warga lansia tinggal di tempat pengungsian mereka di Balai Desa Klakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis 12/11/2020. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan turut memperingati Hari Pekan ASI Sedunia yang diperingati pada tanggal 1 – 7 Agustus Global Step up for Breastfeeding, Educate and SupportTema Nasional Literasi dan dukungan para pihak dalam mendukung keberhasilan menyatakan tema pada Pekan Menyusui Sedunia 2022 kali ini adalah menyusui adalah kunci dalam menentukan strategi pembangunan berkelanjutan pasca pandemi. Apa itu Hari Lahan Basah Sedunia? Setiap tanggal 2 Februari diperingati sebagai hari Lahan Basah Sedunia, sebagai tindak lanjut telah disepakati dan ditandatanganinya suatu Konvensi Internasional Perjanjian Internasional tentang lahan basah, tepatnya tanggal 2 Februari 1971 di kota Ramsar, Iran. Konvensi tersebut kemudian kita kenal sebagai Konvensi Ramsar. Konvensi pada awalnya fokus pada masalah burung air termasuk burung air migran, lalu berkembang kepada konservasi ekosistem lahan basah termasuk keanekaragaman hayati di dalamnya. Bahkan saat ini lebih bermulti fokus menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Melihat kenyataan tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa lahan basah adalah penyangga kehidupan. Lahan basah menurut Konvensi Ramsar merupakan definisi yang luas, yaitu ”Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut”. Indonesia masuk menjadi anggota Konvensi Ramsar pada tahun 1991 dengan diterbitkannya Keppres 48 th 1991 yang merupakan Ratifikasi Konvensi Ramsar di Indonesia. Pada tahun 1996, sebagai salah satu hasil pertemuan para anggota Konvensi Ramsar, ditetapkan bahwa tanggal 2 Februari adalah Hari Lahan Basah Sedunia. Pada tahun 1997, Hari Lahan Basah Sedunia untuk pertama kalinya diperingati di seluruh dunia oleh negara-negara anggota Konvensi Ramsar. Tema tahun 2017 ini adalah ”Wetlands for Disaster Risk Reduction – Lahan Basah bagi Pengurangan Risiko bencana”. Kegiatan manusia yang tidak melindungi, tidak menjaga, bahkan merusak demi beberapa alasan terutama berlatar belakang ekonomi adalah faktor utama penyebab terjadinya berbagai kerusakan dan bencana di muka bumi. Beberapa dekade terakhir bahkan bencana meningkat secara drastis, seiring dengan semakin parahnya perubahan iklim yang berkontribusi terhadap cuaca yang lebih ekstrim dan semakin tidak terduga. Degradasi dan kerusakan ekosistem turut meningkatkan kerawanan ekosistem terhadap bencana. Ditambah dengan tingginya tingkat kemiskinan masyarakat di sekitar ekosistem, maka risiko bencana semakin meningkat. Lahan basah yang kondisinya masih baik haruslah dijaga dan dipertahankan, sementara lahan basah yang telah terdegradasi dan rusak harus segera dipulihkan dan dikembalikan fungsi serta manfaatnya, agar ekosistem kembali menjadi kuat. Ekosistem lahan basah yang kuat akan mengurangi risiko bencana bagi ekosistem itu sendiri dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Frekuensi bencana di hampir seluruh belahan dunia terus meningkat, bahkan dalam 35 tahun terakhir frekuensinya meningkat lebih dari dua kali lipat Sumber Ramsar. Penyebab utamanya adalah rusaknya lingkungan akibat ulah dan kelalaian manusia, diperparah lagi dengan fenomena perubahan iklim yang terjadi. Kondisi demikian menyebabkan menurunnya daya dukung lingkungan, sehingga lingkungan dan bahkan kehidupan masyarakat di dalamnya menjadi semakin terancam dan rentan. Badan dunia yang membidangi masalah Air memperkirakan bahwa 90% dari semua bencana alam terkait dengan air. Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC memprediksikan bahwa peristiwa ekstrim ke depan akan jauh lebih parah lagi. Kerusakan lingkungan serta bencana yang terus menerpa, menjadikan ekosistem lingkungan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat terutama masyarakat miskin semakin rentan. Ramsar menyatakan bahwa 90% kematian akibat bencana terdapat di negara-negara miskin dan berpendapatan yang rendah. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar yang terletak diantara dua lempeng benua yang menjadikan negara kepulauan ini memiliki risiko bencana gempa, letusan gunung berapi, tsunami, banjir dan tanah longsor 10 kali lebih besar dibandingkan dengan negara lainya. Kondisi ini diperparah dengan predikat Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki tingkat kerentanan terhadap dampak perubahan iklim yang cukup tinggi. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB menunjukkan bahwa tren bencana Indonesia dari 2002 hingga 2015 cenderung meningkat. Pada tahun 2002, tercatat 143 bencana terjadi di Indonesia, meningkat hingga bencana pada 2015 Sumber Sembilan puluh lima persen diantaranya merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, puting beliung, cuaca ekstrim, dan kekeringan. Semuanya akibat tingginya kerusakan lingkungan, meningkatnya dampak perubahan iklim dan tidak terintegrasinya program pengurangan risiko bencana kedalam ranah kerja sektoral dan sebaliknya. Sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana ditengah meningkatnya perubahan iklim dan semakin terdegradasinya lingkungan, Wetlands Internasional Indonesia WII saat ini tengah menerapkan sebuah pendekatan inovatif untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketahanan masyarakat rentan bencana yang dikenal dengan pendekatan Integrated Risk Management IRM/Pengelolaan Risiko Terpadu. IRM merupakan pendekatan yang memadukan Pengurangan Risiko Bencana PRB, Adaptasi Perubahan Iklim API, serta Manajemen dan Restorasi Ekosistem MRE secara bersamaan. Delapan prinsip utama IRM partisipatif, multidisiplin, kemitraan, pendekatan landscape, penguatan sumber-sumber penghidupan, pembelajaran yang berkelanjutan, bekerja pada skala waktu yang beragam dan penguatan kelembagaan. Dalam penerapannya, WII bekerjasama dengan masyarakat, sektor swasta dan pemerintah, dalam mengintegrasikan Integrated Risk Management IRM/ pengelolaan risiko terpadu kedalam kebijakan, praktek investasi dan praktek pembangunan di Indonesia. Penerapan IRM bukanlah hal yang baru. Antara tahun 2011-2015, WII melalui program Partners for Ressilience telah berhasil mengembangkan kegiatan di lapangan yang terbukti tahan terhadap risiko dan sesuai dengan prinsip-prinsip IRM, salah satunya adalah kegiatan rehabilitasi pesisir dan penguatan ekonomi masyarakat pesisir yang dilakukan di Kabupaten Ende dan Sikka, NTT. Saat ini babak baru telah dimulai dimana program lanjutan dilakukan untuk mendorong aplikasi IRM yang lebih luas dalam agenda pembangunan di Indonesia, melalui kegiatan advokasi dan dialog kebijakan IRM. Untuk WII, babak baru ini difokuskan pada program pengarus utamaan IRM dalam rencana pembangunan ekosistem dataran rendah khususnya ekosistem mangrove dan gambut di beberapa lokasi di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Kembalikan peran dan fungsi Lahan Basah, agar risiko bencana semakin berkurang. ”Ekosistem lahan basah sehat, Bencana terhambat, Masyarakat menjadi kuat” Selamat hari Lahan Basah Sedunia 2017 ”Wetlands for Disaster Risk Reduction – Lahan Basah bagi Pengurangan Risiko Bencana” Informasi lebih lanjut silakan hubungi Wetlands International Indonesia Jl. Bango No. 11 Bogor 16161 Tel. 0251 8312189; E-mail [email protected]

hari asi sedunia 2017